Sabtu, 21 Februari 2009

sejarah air zam-zam

TUGAS: UTS
NAMA :PUJI RAHAYU
TEMA :KEAGAMAAN
Sejarah AIR ZAM-ZAM
Umat Islam percaya telaga zam-zam dibina oleh Siti Hajar isteri kedua Nabi Ibrahim a.s dan ibu kepada anak Nabi Ibrahim iaitu Nabi Ismail.Siti Hajar dan anak kecilnya Nabi Ismail kehausan di kawasan gurun kering kontang . Lantaran itu Siti Hajar berlari anak 7 kali antara Safa dan Marwa untuk mendapatkan air untuk anak kecilnya itu.Allah menghantar malaikai Jibrail untuk mengeluarkan air suci dari tengah-tengah padang pasir itu. Lokasinya ialah tempat Nabi Ismail menghentak-hentak kaki dan menangis. Siti Hajar mengepong kawasan mata air itu dengan batu-batu dan memanggil zamzam yang bermaksud 'kepung air'. Ketika itu Mekah belum ada penduduk. Ketika itu di Mekah belum ada orang dan tidak ada air. Ibrahim menempatkan mereka berdua di sana dan meninggalkan sekantong kurma dan sekantong air untuk mereka. Nabi Ibrahim pergi meninggalkan mereka berdua. Tiba-tiba Hajar mengikutinya dan berkata, "Mau ke manakah engkau wahai Ibrahim? Kau tinggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada sesuatupun?" .Datuk Nabi Muhamad s.a.w bernama Abdul Muttalib telah menjaga, mengurus dan menjaga keselamatan satu-satunya sumber air di kota Mekah zaman pra Islam.Perkataan "zamzam" dipercayai berasal daripada ungkapan "zomk-zomk" bermakna "berhenti mengalir" - yang diluahkan oleh Siti Hajar dalam percubaannya menakung air yang berhamburan keluar.
Menurut hadis, Abu Tharr Al-Ghifari, sahabat Nabi Muhammad S.A.W, berkata semasa beliau mula-mula tiba di Mekah pada zaman permulaan Islam, beliau hidup dengan meminum air zamzam selama sebulan.Air zamzam asli tidak boleh dieksport secara sah dari Arab Saudi untuk dijual secara komersial. Oleh itu jemaah mengisi botol dan bekas air mereka untuk dibawa pulang serta diagihkan kepada sanak saudara. Setiap jemaah dihadkan membawa lima gelen (kira-kira 20 liter).
Tempat mengambil air zamzam berhampiran Masjidil Haram mempunyai dua bahagian. Bahagian pertama dilengkapi 14 pili yang boleh digunakan secara percuma oleh orang ramai manakala yang kedua pula dipasang pili tiga kali ganda daripada jumlah itu dan dikendalikan oleh syarikat swasta berlesen yang mengenakan sedikit bayaran untuk mengisi botol dan tong air jemaah.
Biasanya syarikat ini mengenakan bayaran hanya SR10 untuk botol 10 liter untuk keselesaan jemaah dari berebut-rebut. Kaedah ini lebih baik dan jarang yang berani menipu.
Namun akhbar Arab News melaporkan ahli "zamzam mafia" yang terdiri dari orang Mynamar, Bangladesh dan Afrika beratur di pili awam sejak awal pagi. Mereka lengkap dengan tong dan ambil masa lama. Sedangkan jemaah lain menyediakan tong kecil sahaja. Mereka tidak rasa bersalah melakukannya dan merupakan rezeki halal bulan Ramadan.
Ada yang merungut kerana air zamzam yang dibeli tidak tulen atau telah dicampur dengan air lain.Nabi Ibrahim membawa Hajar dan anaknya, Ismail yang masih dalam usia menyusu ke tempat yang agak tinggi di pinggir mesjid dekat Baitullah persisnya di atas ZamzamPertanyaan itu terus diulang-ulang, tapi Ibrahim tidak menoleh dan tidak pula menjawab. Lalu Hajar bertanya, "Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat demikian?" Ibrahim menjawab, "Ya." Hajar berkata, "Kalau memang begitu kami tidak keberatan."
Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim meneruskan langkahnya, sampai di atas bukit, di mana keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, beliau menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, "Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami! semoga saja mereka tetap mendirikan salat, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
Ibunda Ismail minum dari kantong air untuk menyusukan anaknya, sampai suatu ketika air itupun habis dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, lalu dia pergi meninggalkannya karena tidak tega melihatnya kehausan. Dia pergi menuju bukit terdekat, yaitu bukit Safa lalu berdiri di atasnya dan memandang ke arah lembah di sekelilingnya apakah ada orang? Ternyata tidak ada. Dia turun melewati lembah sampai ke bukit Marwah, dia berdiri di atasnya dan memandang apakah ada orang? Ternyata tidak ada. Dia melakukan demikian sebanyak tujuh kali.
Ketika berada di atas bukit Marwah dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah diperhatikannya betul-betul ternyata memang dia mendengar suara, kemudian dia berkata, "Aku telah mendengar, apakah di sana ada air?" Tiba-tiba dia melihat ada seorang malaikat dekat sumur Zamzam. Dia mengorek-orek tanah sampai tampak ada air yang bersumber dari bawah, lalu ia menciduk dengan tangannya dan dimasukkan ke dalam tempat air, setelah diciduk air tersebut justru malah memancar. Dia minum air tersebut dan menyusukan putranya, Ismail, lalu malaikat tersebut berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar, sesungguhnya di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menerlantarkan kekasihnya." Tidak lama kemudian datanglah orang-orang dan mereka turun di lembah Makkah, mereka melihat burung yang menjijikkan dan mereka berkata,"Burung ini berputar-putar di sekitar air, kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka mengirim utusan, ternyata mereka mendapatkan air, mereka kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutus mereka tentang adanya air, maka merekapun mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail bahwa mereka akan mampir ke sana, diapun mempersilahkan dengan syarat bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, merekapun setuju.

Penemuan Kembali Zamzam
Ketika Abdul Mutalib sedang tidur di Hijir Ismail, dia mendengar suara menyuruhnya menggali tanah. Dia bertanya, "Tanah yang mana?" Keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali madhnuunah (yang berharga). Dia bertanya, "Benda berharga yang mana?" Lalu dia pergi, dan keesokan harinya ketika dia tidur di tempat yang sama di Hijir Ismail dia mendengar lagi suara yang sama menyuruhnya menggali thayibah (yang baik). Dia bertanya, " Benda yang baik yang mana?" Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya, "Galilah Zamzam!" Dia bertanya, "Apa itu Zamzam?" Dijawab, " Air yang tidak kering dan tidak meluap " Setelah itu Abdul Mutalib diberitahu tempatnya lalu dia bangun dan menggali tempat yang diberitahukan itu. Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya, "Apa yang kamu kerjakan ini hai Abdul Mutalib?" Dia menjawab, "Aku diperintahkan menggali Zamzam." Setelah dia dan orang-orang Qurasiy melihat sebentuk rusa, merekapun yakin bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul Mutalib itu benar. Abdul Mutalib terus menggali hingga ketemu dua patung rusa yang terbuat dari emas, keduanya adalah rusa emas yang pernah dipendam oleh warga suku Jurhum ketika mereka diusir dari Mekah. Inilah sumur Ismail bin Ibrahim as. Dengan digalinya sumur Zamzam ini, sesuai yang ditunjukkan oleh Allah, maka wibawa Abdul Mutalib di mata kaumnyapun bertambah.


Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 30:
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”
SETELAH diciptakan Adam dari tanah dan Hawa dari tulang rusuknya, Allah menciptakan anak cucunya dari setetes air yang terpancar keluar dari tulang sulbi yang jika ditimbang beratnya hanya beberapa gram. Di dalam air itu terkandung jutaan mahluk hidup (sperma), jika seandainya semuanya dengan seizin Allah menjadi manusia maka cukup dari setetes air bisa menjadi penduduk satu negara. Tapi dari kekusaaan Allah, yang jadi dari jutaan makhuk itu hanya satu yang paling unggul.
Zaman dulu, air merupakan sumber penghidupan yang sangat berharga dan mempunyai peran yang penting sekali. Di mana ada air disitu ada penghidupan. Tidak ada air berarti tidak ada penghidupan. Orang-orang Baduwi suka berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain karena mencari air. Tak heran, kadang kadang terjadi peperangan besar antara dua kabilah hanya karena air.
Menurut Fatul Bari (Bab: kitab Al-Anbiya’), bahwa Kabilah Jurhun yang hidup di Jaziraul Arab senang sekali berhijrah. Tapi setelah melihat ada tanda wujudnya air Zam Zam di kota Makkah, mereka segera membuat perkampungan dan mendirikan kemah-kemah di sekitarnya. Tentu yang pertama kali menemukan Zam Zam adalah seorang wanita yang tak punya tempat bernaung, tak berdaya, namun penuh iman, ikhlas, dan ta’at, dangan harapan agar kelak menjadi symbol keimanan dimasa mendatang. Dialah siti Hajar, istri Ibrahim as, Disaat akan ditinggalkan suaminya, ia menyeret jubbahnya seraya berkata: “Kemanakah engkau hendak pergi?, dan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada penghuni? Apakah Allah yang menyuruhmu?” Nabi Ibrahim as menjawab: “Ya”. Hajar berkata: “Jika demikian pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kami”.
Setelah perbekalan Hajar habis ia tinggalkan anaknya di sebuah pohon yang rindang dan berusaha (sa’i) mencari air. Ia berusaha sekuat tenaga naik ke bukit Shofa. Di atas bukit ia melihat kekiri dan kekanan. Harapanya penuh melihat kafilah datang dan bisa membantunya. Kemudia ia berlari lagi ke bukit Marwah. Di sana ia melakukan sama seperti ia melakukannya di bukit Shafa. Demikian seterusnya tujuh kali ia berlari bulak balik dari Shofa ke Marwah.Ternyata ia tidak memperoleh air. Air kehidupan yang penuh dengan kenikmatan dan keberkahan itu justru muncrat deras dari pasir gersang yang dikorek-korek tumit si bayi. Maka keluarlah air Zam Zam.
Subhanallah, dari pasir gersang itu keluarlah air. Mulai saat itu Makkah yang dulu merupakan kota tandus, gersang, tak ada pepohonan yang tumbuh, dan tidak ada penghuni yang hidup, berkat nabi Ismail as, datok nabi kita Muhammad saw, menjadi kota yang subur, makmur dan terlimpah didalamnya aneka ragam dari keberkahan Allah. Semua ini karena air Zam zam yang keluar deras dari tumit nabi Ismail.


Mulut Sumur Zam Zam di tahun 1320H (1903M)

Maka, terjadilah setelah itu penghidupan di Makkah, kabilah Jurhum mulai berdatangan ke sana untuk menetap dan mendudukinya. Campur baur pun antara mereka dan keluarga nabi Ismalil tak bisa dielakan. Dari sana, terbentuklah masyarakat baru dan keluarlah di kemudian hari, bangsa Quraisy dan bani Hasyim. Itulah sebahagian dari keunggulan dan keistimewaan air Zam Zam.
Hari berganti hari dan zaman berganti zaman, sehingga datanglah hujan lebat dan banjir dahsyat yang membuat telaga Zam Zam lenyap dan tidak ada tanda-tanda untuk mengetahuinya lagi. Ini menurut riwayat Yaqut Al-Hamawi. Adapun menurut pendapat yang benar bahwa sumur Zam Zam ditimbun dan dihilangkan tanda-tandanya oleh kabilah Jurhum disaat mereka akan meninggalkan kota Makkah.
Telaga Zam Zam terus lenyap dari permukaan bumi Makkah dan tidak diketahui tempatnya, hingga Abdul Muttalib, kakek Nabi Muhammad saw, memangku jabatan sebagai pemberi makan dan minum jama’ah haji. Dengan ru’ya shadiqah (impian yang benar) ia akhirnya ditunjukan Allah tempat sumur Zam Zam yang tidak pernah kering airnya dan tidak pernah surut. Sumur ini dinamakan Zam Zam karena airnya yang sangat banyak dan Zam Zam dalam bahasa Arab berarti banyak dan berkumpul. Seandainya siti Hajar disaat menemukannya tidak mengumpulkan pasir di sekitar tempat air memamcar dan tidak menciduknya maka air Zam Zam akan mengalir terus sehingga bisa menenggelamkan semuanya.

http://hasanalsaggaf.wordpress.com/2008/12/13/apakah-air-zam-zam-bisa-dijadikan-obat/
http://hajj.al-islam.com/display.asp?lang=ind&sub=8&fname=hmacca/k11
http://ms.wikipedia.org/wiki/Telaga_Zam-Zam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar